Oleh: Ibnu Adam Aviciena
Setelah supervisor saya Prof. van Dijk, penulis Rebellion Under the Banner of Islam: the Darul Islam in Indonesia, menyetujui proposal penelitian saya yang baru, saya mulai mengumpulkan dan membaca buku tentang Banten dan mengumpulkan siapa saja penulis Banten sejak Syekh Nawawi sampai 2007. Mengumpulkan data tentang Banten tidak sulit. Di perpustakaan KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) yang didirikan 1851 terdapat 465 buku dan artikel tentang Banten, sementara di perpustkaan Universitas Leiden terdapat kurang lebih 120 buku—sangat mungkin beberapa buku yang ada di perpustakaan KITLV sama dengan buku yang ada di perpustakaan Universitas Leiden. Meskipun data tentang Banten banyak, tetapi sangat sulit mencari siapa saja penulis Banten itu.
Siapa Hoesein Djajadiningrat?
Dalam pencarian itu saya bertemu dengan Prof Dr Hoesein Djajadiningrat. Dalam sehari buku Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat: Karya dan Pengabdiannya biografi Hoesein Djajadiningrat yang ditulis oleh Drs. Sutopo Sutanto selesai saya baca. Selesai membaca buku ini saya sebagai pemuda kelahiran Pandeglang Banten merasa bangga bahwa dalam liku sejarah Banten telah lahir Hoesein Djajadiningrat. Dan maksud dari tulisan ini adalah untuk mengenal dan mengingat kembali ilmuwan besar dari Banten dan membangun rasa cinta dan bangga kepada Banten, tanah yang juga sudah melahirkan ulama besar Syekh Nawawi al-Banteni.
Hoesein Djajadiningrat lahir pada 8 Desember 1886 di Kramat Watu, Serang. Dia adalah orang Serang, Banten, dan Indonesia pertama yang mendapat gelar doktor dan profesor. Dia kuliah hingga lulus doktor pada 3 Mei 1913 dari Universitas Leiden Belanda dengan menulis disertasi Critische Beschouwing van de Sedjarah Banten dibawah bimbingan Dr. C. Snouck Hurgronje (1857-1936).
Leluhur dari ayah Hoesein Djajadiningrat bernama Raden Wirasuta seorang anak puun Cibeo Kanekes yang diangkat oleh Sultan Ageng Tirtayasa alias Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah (1631–1692) menjadi punakawan dan prajurit. Karena kemampuan perangnya bagus Raden Wirasuta kemudian diangkat lagi menjadi Pangerang sekaligus ‘dinikahkah dengan salah seorang putrinya.’ Pada 1663 Pangeran Wirasuta meninggal saat memadamkan pemberontakan di Lampung. Ayah nenek Hoesein Djajadiningrat adalah seorang ngabehi kerajaan Banten yang bertugas di Lebak, sementara neneknya Raden Adipati Aria Natadiningrat seorang demang patih Caringin Pandeglang.
Nama lengkap Hoesein Djajadiningrat adalah Pangeran Ario Hoesein Djajadiningrat. Bapaknya Raden Bagoes Djajawinata (1854-1899) Wedana Kramat Watu dan Bupati Serang kelahiran Pandeglang, sementara ibunya Ratu Salehah kelahian Cipete Serang. Anak dari pasangan Raden Bagoes Djajawinata dan Ratu Salehah adalah Achmad alias Ujang, Muhammad alias Apun, Hasan alias Emong, dan Hoesein (Djajadiningrat) alias Ace, Hadijah alias Enjah, Lukman alias Ujang, Sulasmi alias Yayung, Hilman alias Imang, dan Rifqi alias Kikok.
Kakak pertama Hoesein, Achmad, setamat sekolah di Europeesche Lager Shool (ELS) Serang, melanjutkan ke Hoogere Burgershool (HBS) di Batavia dan tinggal di rumah gurunya Kampschuur selama lima bulan. Karena gurunya itu liburan ke Belanda, ia pindah ke HBS yang ada di Kebon Sirih. Oleh pimpinan HBS Kebon Sirih Kruseman Achmad diganti namanya menjadi Willem van Banten.
Anak-anak Raden Bagoes Djajawinata belajar bahasa Belanda sebelum masuk sekolah. Hoesein sendiri belajar bahasa Belanda di Menes Pandeglang kepada Ruselar seorang komandan polisi yang memunyai diploma guru bantu Eropa (Hoof-Acte). Proses belajar biasnya dilaksanakan pada malam hari. Ruselar menyarankan Bagoes Djajawinata untuk menyekolahkan anak-anaknya di Serang atau Batavia. Karena tidak punya cukup uang Bagoes Djajawinata memilih menyekolahkan Hoesen di Europesche Lagere Shool (ELS) Serang. Di Serang Hoesein tinggal di rumah pamannya yang juga bupati Serang saat itu, yaitu Raden Adipati Sutadiningrat. Karena pada 12 November 1893 pamannya itu meninggal, Hoesein Djajadiningrat pindah tinggal ke rumah Wedana Petir yang juga saudaranya.
Selanjutnya Hoesein Djajadingrat sekolah di Kok en van Diggelen di Batavia. Di sanalah ia bertemu dengan seseorang yang sangat penting dalam hidupnya, Dr. Snouck Hurgronje. Hurgronje banyak mengajari Djajadiningrat bagaimana mengarang dan mendiskusikan karangan-karangan yang ditulis oleh Djajadiningrat. Kemudian, 1899 ia lulus sekolah dan melanjutkan ke HBS di Salemba. Pada tahun itupula bapaknya Raden Bagoes Djajawinata wafat.
Melihat perkembangan pendidikan Djajadiningrat yang bagus, Snouck Hurgronje merasa tertarik untuk mendukung pendidikan Djajadiningrat selanjutnya. Karena itu setelah Djajadiningrat masuk kelas 3 HBS, Snouck Hurgronje mengirim surat kepada Achmad, kakak Djajadiningrat, agar Djajadiningrat melanjutkan pendidikannya ke Universitas Leiden, Belanda. Singkat cerita, Djajadiningrat mempelajari bahasa Latin dan Yunani saat kelas 3 HBS untuk persiapan kuliah di Belanda. Tahun 1904 ia lulus HBS dan berangkat ke Belanda. Tahun pertama di Belanda ia masih mempelajari dua bahasa itu di Leidsche Gymnasium. Tahun 1905 Djajadingrat menjadi mahasiswa Universitas Leiden dan dengan segala kegemilangannya ia terus kuliah hingga menulis disertasi Critische Beschouwing van de Sedjarah Banten di bawah bimbingan Dr. C. Snouck Hurgronje dengan hasil cumlaude.
Pusat Penelitian Banten
Selesai membaca biografi Hoesein Djajadiningrat pikiran saya terus dibayang-bayangi oleh kondisi Menes, Pandeglang, Kramat Watu, Serang, dan Banten pada umumnya pada tahun 1800-an. Saya juga membayangkan bagaimana Djajadiningrat saat itu kuliah di Universitas Leiden, dan bagaimana pula hubungan ia dengan Sosrokartono, kakaknya RA Kartini (1879-1904) yang juga sedang kuliah S3 di Universitas Leiden. Kepada Djajadiningrat Snouck Hurgronje begitu baik, sedangkan kepada Sosrokartono Snouck Hurgronje tidak suka. Bahkan saat menjadi dekan di Universitas Leiden Snouck Hurgronje pernah bilang kepadanya bahwa ia tidak akan meluluskan Sosrokartono. Dan karena itu Sosrokartono memutuskan berhenti kuliah dan memilih menjadi wartawan.
Dan dalam keadaan terbayang-bayangi itu saya ingat ISIM (The International Institute for the Study of Islam in the Modern World), sebuah institut yang didirikan 1998 oleh Universitas Amsterdam, Universitas Leiden, Universitas Nijmegen, dan Universitas Utrecht. Institut yang kantornya ada di Leiden ini bergerak dalam bidang penelitian ‘sosial, politik, pemikiran, dan pergerakan dalam masyarakat dan komunitas muslim kontemporer’.
Bangun tidur, suatu pagi, saya ingat ke Mufti Ali dosen IAIN Banten lulusan Universitas Leiden. Sebelum berangkat ke Belanda saya sering diskusi dengannya tentang mimpi kami tentang Banten ke depan. Mufti Ali yang sedang giat mengumpulkan naskah-naskah kuno tentang Banten itu bilang ke saya bahwa selama ini orang yang mau meneliti Banten harus pergi ke Belanda. Katanya, ‘Kenapa tidak datang ke Banten?’ Karena itu Mufti Ali pikir, dan saya sangat setuju, perlu dibuat Pusat Penelitian Banten (PPB). Sebagai pusat penelitian, PPB melakukan dokumentasi dan penelitian segala hal tentang Banten—seperti yang dilakukan ISIM.
Dalam bayangan saya seperti ini: PPB didirikan. Ia memiliki hubungan dengan pemerintah dan lembaga pendidikan, namun ia independen. Yang dilakukan PPB di antaranya adalah mengumpulkan data-data tentang Banten, misalkan membawa kopian buku-buku tentang Banten yang ada di luar negeri. Di KITLV dan Universitas Leiden misalkan, sebagaimana saya sebutkan di atas, terdapat lebih dari 500 buku tentang Banten, dan itu belum termasuk naskah-naskah kuno. Selain itu yang dilakukan PPB adalah melakukan penelitian karena PPB adalah tempat berkumpulnya para peneliti.
Saya melihat Banten ini adalah lahan yang subur untuk dijadikan penelitian. Ada dua alasan kenapa saya mengatakan demikian. Pertama bahwa Banten secara alamiah adalah lahan dengan beragam fenomena. Yang kedua adalah bahwa tradisi meneliti di Banten belum mapan, karena itu lahan kosong penelitian masih banyak yang belum digarap. Sebut saja yang bisa dikerjakan oleh para peneliti adalah mengumpulkan cerita rakyat dan mematenkannya; mengumpulkan ilmu pelet, ilmu kebal, ilmu teluh, dan ilmu-ilmu lain, juga wafak. Menulis tentang Syekh Nawawi Banten dan Tan Malaka (1894-1949), mengumpulkan dan mendiskusikan karya-karya mereka. Khusus tentang Tan Malaka, sebab Tan Malaka penulis Madilog juga pernah memimpin pergerakan di Banten Selatan di zaman Jepang.
Sebagaimana juga ISIM, PPB ini melakukan penelitian di bidang sosial, politik, sejarah, pemikiran, ekonomi yang terjadi di Banten. Para peneliti silakan mengajukan proposal penelitian kepada PPB. PPB yang mendanai dan memberi honor kepada mereka. PPB pula yang menerbitkan dan mempublikasikan hasil penelitian para peneliti sampai tingkat internasional. Dengan begitu, orang ingin meneliti Banten tidak usah pergi ke Belanda. Dengen begitu Banten bisa mengulang kejayaannya.
nulisna anu teliti adul. eta geus alus tp narasina kurang mendayu-dayu. refleksina dipertajam atuh. ceunah penulis noPEL (tong make v-nya). hehehehe… tetangga atas
Nama saya Hilman K. Nurakhman. Ibu saya Fia Saraswati Djajadiningrat sementara ayah saya (alm) bukan keturunan dari Banten ataupun Jawa Barat sehingga saya tidak menggunakan nama keluarga “Djajadiningrat”. Ibu adalah cucu dari Achmad dan Hilman Djajadiningrat. Tulisan anda sesuai sekali dengan apa yang saya baca berdasarkan buku “Memoir P.A.A. Djajadiningrat”, dan teliti sekali hingga menyebutkan Raden Akmaldiningrat atau Raden Wirasuta.
Tentang ayah dari Hoessein Djajadiningrat, mungkin saya sedikit keliru, tetapi seingat saya nama beliau adalah Raden Bagoes Djajadiningrat, putra dari Raden Natadiningrat dan sebagai orang pertama yang menggunakan nama Djajadiningrat. Barangkali nama lain beliau adalah “Djajawinata”? kiranya anda dapat membantu saya memberikan konfirmasi.
Terima kasih dan wassallam.
Ass, Salam kenal dari hendri. Saya asli orang Banten Selatan. Lahir di kerta, Kecamatan Banjarsari (orang2 lebih mudeng dengan Malingping), Kabupaten Lebak. Saat ini ceritanya saya sedang jadi warawan di majalah FIGUR, Jakarta. Majalah Tokoh dan Analisi Kebijakan. Jika diperkenankan, saya bisa kontribusi majalah-majalah FIGUR yang mungkin bermanfaat bagi warga Banten dan sekitarnya. Insyaallah pada saat Goenawan Muhammad ke Rumah Dunia akan saya bawa majalahnya untuk dijadikan koleksi perpustakaan Rumah Dunia. Oia, kang insyaallah buku saya tetang Romusha: Sejarah Yang Terlupakan, Menelusuri Jejak Romusha di Pertambangan Batu Bara Bayah Banten Selatan 1942-1945 akan diterbitkan oleh Penerbit OMBAK Yogyakarta rencananya Januari 2008. Oia, tulisan saya tentang Jazuli_Airin: Kyai, Jawara, dan Politik dimuat di Radar Banten (23/10/1007).
Mungkin kita bisa korspondensi via email henfi_86@yahoo.co.id atau hp saya 081806370121.
Salam Kenal, Hendri F. Isnaeni.
aslm, punten kang, nyuhunkeun artkelna kanggo bahan skripsi, diidinan teu?
Salam kenal dari penggemar literatur karya Hoesein Djajadiningrat.
salam, peripun kabare? atis boten ning riku???
terkait ide PPB (tags; independen, riset, objective, islamology, silat, tarekat, pertanian, …etc)
lamun ayun direalisasi, kule ngedukung saos. Upami lamun bangkit mulai sing gampang… kule ayun bagi saran niki:
– model na nu gampang disumbangsih tina segala bumi (online)
– gampang upload hasil riset (doc, jpeg, de el el)
kule ayun milet nyumbang server kule http://202.87.187.46 silahkan di anggo kanggo ide PPB.
Insya Allah katah manpaate…
Saya senang sekali membaca mimpinya untuk mewujudkan sebuah pusat penelitian di Banten, semoga terwujud yah. Salam kenal. Oman (www.naskahkuno.blogspot.com)
senang sekali membaca tulisan ini ..lebih tepatnya membanggakan sekali ada yang menulis begitu baik tentang kakek saya. Banyak yang saya belum mengetahui tentang beliau karena saya tidak pernah bertemu . Terima kasih ya Ibnu.
wassalam
Kiki Djayadiningrat
——
Terimakasih atas komentar Anda. Bila memungkinkan saya sesungguhnya ingin ngobrol dengan keturunan Djajadiningrat (Achmad, Leokman, Hoesein, dll).
Salam hangat,
Ibnu aa
Ibnu bisa hubungi saya di email pribadi saya jika mau ketemu langsung dengan ayah saya , Hoessein Hidajat Djajadiningrat, satu2nya anak laki2 yang di Jakarta. Dua paman saya tinggalnya di negri Belanda . Nanti saya atur2 kapan bisa ketemunya ya..maklum ayah saya sudah sepuh ..ayah saya tinggal di jakarta timur
wassalam
kiki
Senang sekali sharing tentang keluarga Djajadiningrat, saya berasal dari Kabayan, Pandeglang, Banten. kebetulan saya pun ada keturunan Djajadiningrat namun karena berasal dari pihak perempuan maka tidak memakai nama Djajadiningrat dibelakang nama. Dari cerita nenek saya di pihak Ayah,- maaf disini saya agak kabur ingatan saya karna cerita ini sudah lama saya dengar sejak kecil dan juga nenek saya sudah almarhumah ketika saya masih sekolah di sekolah dasar – kami berasal dari entah jalur anak perempuan Hilman Djajadiningrat entah itu dari saudara perempuan Hilman Djajadiningrat karena namanya Raden Ajeng Khadijah, dan dari keluarga Ayah saya hanya satu anak saja yang memakai nama Djajadiningrat dibelakang namanya yaitu anak ke-2 seorang Insinyur lulusan dari ITB, kalau ayah saya lulusan Ekonomi dari UI.
Jika Saudara berkenan, mohon pencerahannya dan sudi kiranya memberikan alamat email sehingga pembahasannya bisa lebih dalam biar kami mengetahui asal-usul keluarga… Terimakasih
Kepada Admin boleh kiranya memberikan alamat email Kiki Djajadiningrat.
email saya vitrisukses66@gmail.com
Kebetulan sekali saya juga sedang bekerja di daerah sekitar Jakarta Timur..
Salam kenal untuk semua warga banten dan keturunan Djayadinigrat, terimakasih info yang diberikan sehingga saya tahu sejarah keluarga Djayadinigrat.
Wassalam
Iwan
Jl.Djayadinigrat No.19 Kaujon Serang Banten
assalamu’alaikum….
membaca artikel anda saya sangat tertarik sekali,karena ini ada kaitannya dengan buyut saya yang menjadi wedana menes,beliau bernama Kiyai Haji Sama’un,akan tetapi saya kehilangan jejak untuk menelusuri silsilah keluarga dari pada Kiyai Haji Sama’un.
bisa kah anda memberikan informasi kepada saya,siapakah orang tua dari pada Kiyai Haji Sama’un tersebut berikut silsilah keluarga nya?.
karena saya penasaran sekali sejarah buyut saya ini,lalu syarat apakah sehingga buyut saya itu menjadi wedana menes. Terima kasih.
wssalamu’alaikum.
———-
waalaikum salam,
terimakasih atas komentar Anda. Lain kesempatan bila saya memiliki data itu akan saya tuliskan di blog ini.
salam
ibnu aa
membaca artikel ini sungguh saya merasa bangga tentang apa yang telah dilakukan oleh leluhur2 saya.mudah2an ini bisa memotivasi seluruh keturunan djayadiningrat.saya adalah cucu dari rifki djayadiningrat putra bungsu djayadiningrat dari istri yang kedua.apa bila bapak,ibu,teman dan saudara sekalian mempunyai informasi mengenai silsilah keluarga ini mohon kirim ke email saya.kebetulan saya hanya mengetahui sampai ayah raden aria natadiningrat yaitu ngabehi bahu pringga,selanjutnya saya kesulitan untuk mencarinya.saat ini saya tinggal di desa kabayan kec pandeglang,,,,! desa dimana leluhur saya dilahirkan.
jika ingin menghubungi saya kirim email ke denkikok@yahoo.com
terimakasaih sebelu dan sesudahnya
—-
saya berharap kita bisa bertemu.
salam
ibnu aa
untuk bang ibnu,,jika tidak keberatan tlng kirimkan alamat email kiki djayadiningrat.terima kasih……
Upami telepatmah nya ieu cenah tiluhurna teh saur para sesepuh urang teh. Pamugi aya manfaatna sarta hikmahna, kertatambihen.wasalam simkuring ( Rahmat Mulyadi) Jl. Sena III Blok A 11 Cirebon Jabar.
====================
ADIPATI WIRAKOMA
Puputra
Wira sutra
Puputra
Wira suta / Kangjeng.pangeran Astapati
Puputra
Tumenggung arya wangsapati
Puputra
Behi bahu pringga . Patih pangsiun . Rks Lebak
Puputra
Adipati aryanata diningrat.Bupati pangsiun Pdg.
Berawal dari iseng-iseng ingin tahu silsilah keluarga saya, yg harus diakui sangat komplek krn perkawinan silang dari kakek nenek dan uyut-uyut saya.
Sy masih ada keturunan serang dan katanya dari Djajadiningrat, dimana waktu kecil saya sering diajak bapak saya bersiarah ke makam neneknya di kaloran atau sekarang katanya berubah namanya menjadi Jl. Djajadiningrat. Saya tertarik untuk tahu lebih banyak tentang keluarga Djajadiningrat mungkin Ibnu bisa kasih masukkan buat saya.
Wassallam,
Muharam
Salam kenal, ibu saya Ruweida Natadiningrat. Eyang saya Natadiningrat adalah adik dari Djadiningrat..terima kasih saya banyak membaca dari tulisan ini sehingga lebih kenal dengan keluarga besar alm eyang saya Rd.Abdul Hakim Masduki Natadingrat. Kepada baraya yang lain, khususnya yang berada di Kaujon…silakan kontak saya untuk menjalin kembali tali silaturahmi.
salam hangat,
Diana.S.N
—
Saya merasa senang ibu memberi komentar di sini. saya berharap saya bisa bertemu dengan lebih banyak keluarga djajadiningrat lagi.
salam
ibnu aa
BANTEN Memilki potensi kekayaan alam yang luas dan menjadi surga bagi penjajah Belanda, Tapi sayang sejarah BANTEN Terkubur dalam- dalam dan hanyut dalam kegelapan penguasa yang dzalim dan berkhianat terhadap NKRI ini. Marilah kita Dengungkan sedjarah banten ke mata dunia bahwa BANTEN Mempunyai sejarah panjang dan penuh pesona kejayaan tiada tara. Tapi hanya satu konsep yang membawa kejayaan dan kegemilangan BANTEN Temukan konsep itu?………………………… Dan saya dukung PPB Nanti saya kesana kang dan saya minta nomor HP Dan alamat rumah akang?
Ning Kang Ibnu Adam Aviciena niki kula rasa-rasa……… tapi bokan salah……. ampura nggih………
Kang…………
Koleksi Kakang niku sangkep amat sih……… saking pundi antuke Kang…………… rajine yah……….
Nuhun lah ari mengkoten mah….. kulane berag….. maler wenten sing bangkit bagi-bagi “berekat” anggo dahar putu buyut kula sing waune boten uning ning riwayate buyut (Buyut napa Jangga, napa Wareng nggih…..???) Husen Djajadiningrat, seniki dados uning……………. lha waune mah uninge cuman aran dedalan doang Kang…. dedalan sing ning Kaloran Pena nika…. sing mulane ujunge ning Kaujon Pasar Sore tah nika rawuh ning Kaloran Pertelon sing wenten madrasaha Nurul Huda tah nika………….. Nuhun Kang Ibnu………
—
Terimakasih kembali Kang Tjetjep 🙂
salam kenal buat semua keluarga besar Djayadiningrat,,
saya dilly keturunan dr Rd.rifqi Djayadingrat,,dari istri pertama…senang rasanya apabila tali silahturahmi diantara kita terjalin kembali..sekiranya ada keluarga besar djayadiningrat yg mau share atau berbagi,,hubingi saya di :
Hp.0813 106 44 365
Email or FB :dilly_promits@yahoo.com
Salam damai semua.
Saya salah satu keturunan dri raden patih djajadiningrat, dan menurunkan buku silsilah dari leluhur saya.
Yang ada 2 buah yaitu di saya, dan satu lagi di negeri belanda.
Kiranya kita dapat bertemu, siapa sangka nanti kita bersaudara.
Senang sekali sharing tentang keluarga Djajadiningrat, saya berasal dari Kabayan, Pandeglang, Banten. kebetulan saya pun ada keturunan Djajadiningrat namun karena berasal dari pihak perempuan maka tidak memakai nama Djajadiningrat dibelakang nama. Dari cerita nenek saya di pihak Ayah,- maaf disini saya agak kabur ingatan saya karna cerita ini sudah lama saya dengar sejak kecil dan juga nenek saya sudah almarhumah ketika saya masih sekolah di sekolah dasar – kami berasal dari entah jalur anak perempuan Hilman Djajadiningrat entah itu dari saudara perempuan Hilman Djajadiningrat karena namanya Raden Ajeng Khadijah, dan dari keluarga Ayah saya hanya satu anak saja yang memakai nama Djajadiningrat dibelakang namanya yaitu anak ke-2 seorang Insinyur lulusan dari ITB, kalau ayah saya lulusan Ekonomi dari UI.
Jika Saudara berkenan, mohon pencerahannya dan sudi kiranya memberikan alamat email sehingga pembahasannya bisa lebih dalam biar kami mengetahui asal-usul keluarga… Terimakasih
email saya vitrisukses66@gmail.com
Salam hormat utk seluruh keluarga djayadiningrat…..bagi seluruh keluarga yang pengen share atau bersilaturahmi dgn keturunan djayadiningrat yg lainnya dapat menghubungi saya. sayaq adaalah keturunan dr Rd.rifki djayadiningrat. Sampai saat ini keturunan dari Rd.Rifki masih ada yg tinggal diserang. dan beberapa keturunan ada yg tinggal dijakarta, makasar dan palembang. info lebih lanjut bisa menghubungi saya 081383858345 atau 082111777484. atau via email scorpy_211@yahoo.co.id atau wiwit_marnha@hotmail.com
asss………… maaf saya mau tanya klo hububgan nya rd jayadiningrat, rd. natadiningrat dan rd nitidiningtar apa masih bersaudara kandung apa mereka keturunan dari pangeran astapati……….. tolong di bls
Terima kasih buat artikelnya, salam kenal buat seluruh keturunan Djayadiningrat……saya Astrid Dewi Wahyu Ningrat, putri pertama dari Abdul Wahid Djayadiningrat, ayah saya putra keempat dari kakek Rd. Rifki Djayadiningrat dan nenek Djunariah (istri kedua), semoga artikel ini dapat menjadi awal mula wadah silaturahmi keturunan kel. besar Djayadiningrat. Siapa tau seluruh kel. besar bisa kumpul bersama untuk saling mengenal suatu hari nanti……
Assalamu aliakum Wr Wb
Saya punya program untuk membangun Banten. Khusus dalam pembinaan generasi muda. Bila tertarik mari kita lanjutkan silaturahmi ini. Kebetulan salah seorang karuhun saya berasal dari Menes.
wassalam Saeful Hidayat bin CH. Yusuf
utk saudara dari keluarga djayadiningrat mungkin kita bisa bersilaturahmi. Jika dimungkinkan kita adakan acara silaturahmi keluarga djayadiningrat sehingga tali persaudaraan bisa lebih erat.
Asww kepada segenap Warga Banten dan Keluarga Besar Djajadiningrat,
Saya adalah cucu R. Hasan Djajadiningrat. Nama kakek saya diabadikan menjadi nama Jl. Hasan Djajadiningrat di Kaujon, Serang. Semasa hidupnya, kakek saya memang tinggal di Kaujon.Beliau aktif di pergerakan politik dan anggota Sjarikat Islam. Beliau adalah Perintis Kemerdekaan dan dimakamkan di Makam Keluarga Mulyasrama, Odel, Serang,
Sekedar informasi bagi para kerabat Djajadiningrat yang berminat mengetahui,
kakek saya mempunyai 7 orang anak, yaitu: (1) Ibu saya R.A. Amalaswintha Toerseno – Hasan Djajadiningrat, (2) R. Hoelman Djajadiningrat,(3) R.Sjaukat Djajadiningrat, (4) R. Achmad Eddy Djajadiningrat, (5) Prof. R. Sindian Isa Djajadiningrat, SH, (6) R.A, Soesliah Salehah Djoenaedi Soerjatin- Hasan Djajadiningrat,(7) R. Hariri Djajadiningrat.Sekarang, semua putera-puteri kakek saya sudah meninggal dunia.
Kakek saya adalah adik dari Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat dan kakak dari Prof.Dr.Pangeran Aria Hoessein Djajadiningrat. Beliau adalah putera dari Raden. Bagoes Djajadiningrat dan Ratoe Salehah dari 8 bersaudara,yaitu: (1)P.A. Achmad Djajadiningrat, (2) R. Moehammad Djadiningrat,(3) R. Hasan Djajadiningrat,(4) R.A. Chadidjah Moehammad Achmad – Djajadiningrat, (5) Prof Dr. P. A. Hoessein Djajadiningrat, (6) R.A. Soelasminingrat Adikoesoema – Djajadiningrat, (7) Raden Tumenggung Hilman Djajadiningrat, (8) R. Rifki Djajadiningrat.
Demikianlah sekedar informasi.Semoga segenap Warga Banten dan Keluarga Besar Djajadiningrat selalu sukses, bahagia dan sejahtera dalam lindungan Allah SWT.Amin.
.
Wasalamu’alaikum ww
Ralat untuk nama putera R. Hasan Djajadiningrat nomor 3 yang tertulis : “(3) R. Sjaukat Djajadiningrat.” seharusnya tertulis: “(3) R. Soefwat Djajadiningrat”. Perlu disampaikan bahwa R. Soefwat Djajadiningrat adalah ayah dari Prof. Dr. Ir. Surna Tjahja Djajadiningrat, M.Sc.,Ph.D. (pakar lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan). Sedangkan R. Sjaukat Djajadiningrat adalah salah seorang putera dari R. Moehammad Djajadiningrat. Demikian untuk dimaklumi.
Bapak Indriyono….
Salam perkenalan, saya adalah keturunan Ranoesoedirdjo-Ranoedikoro, yg tidak ada hubungannya sama sekali dengan Trah Djajadiningrat.
Namun saya tertarik dengan tulisan Anda terutama karena ada Nama TOERSENO.
Bila berkenaan, mohon agar Bapak dapat memberikan alamat email, untuk kemudian saya menulis lebih lanjut.
Atas perhatian dan tanggapannya saya ucapkan terima kasih.
Salam,
Maya Gauvin-Ranoe
Mohon maaf, masih ada ralat berikutnya. Untuk putera-puteri Raden Bagoes Djajadiningrat dan Ratoe Salehah yang tertulis “(7)Raden Tumenggung Hilman Djajadiningrat”,seharusnya tertulis “(7) Raden Aria Adipati Hilman Djajadiningrat”.Dapat disampaikan pula bahwa Raden Bagoes Djajadiningrat (yang kelak menjadi Raden Tumenggung Djajadiningrat) pernah menjabat Bupati Serang. Kelak, dua orang putera beliau, yaitu Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat dan Raden Aria Adipati Hilman Djajadiningrat juga pernah menjabat Bupati Serang. Sedangkan salah seorang cucu Raden Bagoes Djajadiningrat, yaitu Maria Ullfah Soebadio,SH puteri dari R.A. Chadidjah Muhammad Achmad – Djajadiningrat) pernah menjabat Menteri Sosial RI pada periode 1946-1947.
Senang sekali sharing tentang keluarga Djajadiningrat, saya berasal dari Kabayan, Pandeglang, Banten. kebetulan saya pun ada keturunan Djajadiningrat namun karena berasal dari pihak perempuan maka tidak memakai nama Djajadiningrat dibelakang nama. Dari cerita nenek saya di pihak Ayah,- maaf disini saya agak kabur ingatan saya karna cerita ini sudah lama saya dengar sejak kecil dan juga nenek saya sudah almarhumah ketika saya masih sekolah di sekolah dasar – kami berasal dari entah jalur anak perempuan Hilman Djajadiningrat entah itu dari saudara perempuan Hilman Djajadiningrat karena namanya Raden Ajeng Khadijah, dan dari keluarga Ayah saya hanya satu anak saja yang memakai nama Djajadiningrat dibelakang namanya yaitu anak ke-2 seorang Insinyur lulusan dari ITB, kalau ayah saya lulusan Ekonomi dari UI.
Jika Bapak berkenan, mohon pencerahannya. Biar kami memngetahui asal-usul keluarga… Terimakasih
email saya vitrisukses66@gmail.com
Senang sekali membaca kisah keluarga Djajadiningrat. Saya mengenal dan bagian dari beberapa nama tersebut. Sepupu ibu saya adalah Tante Ietje-Ibu Maria Ulfah Santoso/Soebadio, anak dari Eyang Achmad Djajadiningrat. Kakek saya R.Moehammad J. adalah adik dari Eyang Achmad Djajadiningrat. Kakek menikah dengan oma saya seorang indo jerman.
It’s very amazing if I still can meet my part of families…
Saya sangat terkesan dengan tulisan ini, saya ingin mengetahui keturunan dari Bpk Hoesein Djayadiningrat……….adakah yang bisa memberi informasi tersebut kepada saya. Terima kasih
aswb. Saya hardja, setahun dua atau tiga kali saya
berziarah ke karuhun ke makam mbah dalem R.A.A. Natadiningrat di Pandeglang..untuk tambah baraya saya amat sangat senang jika dapat berkomunikasi lebih lanjut. .saya di 0858.8318.5534 htr nhn wassalam
Terimakasih. Salam kenal.
Wah kren juga nih ada sejarah tentang sejarah Djayadinigrat. Dan saya kasih tau di sini kalo Djayadiningrat tuh ga ada hubunganya sama bangsawan di jawa tengah, jawa barat ataupun jawa timur. Djayadiningrat itu fam atau lebih spesifiknya gelar yg di kasih sama sultan banten. Fam Djayadinigrat ini asli Banten.
Salam kenal ane dari trah Ki Mas Jong
Kesultanan Banten sudah sangat lama dihapuskan. Bagaimana bisa memberi gelar kepada orang yang lahir jauh belakangan?
Mohon maap alamat lengkap nya dimana yah ppb itu, kebetulan saya pengen cari data buat bahan skripsi terima kasih
Mohon maap alamat lengkap nya dimana yah ppb itu, kebetulan saya pengen cari data buat bahan skripsi mohon infonya terima kasih
Ini hanya nama yang saya bayangkan. Jika bapak perlu data tentang Banten, silakan datang ke Bantenologi IAIN Serang.
Assalamu’alaikum wr.wb, Terimakasih admin infonya sangat bermanfaat, khususon kepada sdr Indriyono yang membuka asal-usul R. Hariri Djajadiningrat (putra bungsu) yang menikah dengan Nyi Rd. Soenarijah binti Rd. Soewandi (Wedana di Bogor). R. Hariri Djajadiningrat lahir 22 Juni 1919, wafat 20 Januari 1997 dimakamkan dipemakaman keluarga di Muara-Bogor Selatan. Keterkaitan saya adalah Nyi Rd Soenarijah adalah adik Nenek saya. Wassalam.